Beranda | Artikel
Bidah Pada Kelompok Qadariyah
Selasa, 13 April 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Bid’ah Pada Kelompok Qadariyah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 15 Sya’ban 1442 H / 29 Maret 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bid’ah Pada Kelompok Qadariyah

Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan kelompok dari kalangan ahli bid’ah yang juga terpecah-pecah, yaitu Al-Qadariyah. Ada beberapa kelompok di dalam tubuh Qadariyah yang muncul dari bid’ah yang pertama diasas oleh Ma’bad Al-Juhani.

Pada awalnya Qadariyah ini menafikan ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kejadian-kejadian buruk/kufur/nifaq/fusuq yang terjadi pada hamba. Menurut Ma’bad Al-Juhani, bahwa Allah tidak tahu dan baru tahu setelah itu terajadi.  Tentunya maksudnya adalah untuk mensucikan Allah. Menurut logika mereka hal itu perlu dilakukan agar Allah suci dan terlepas dari keburukan-keburukan, bahwa keburukan itu terjadi tanpa sepengetahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada awalnya Qadariyah muncul menafikan ilmu Allah. Dan begitulah sifat bid’ah yang akan terus berkembang dan menjurus kepada perkara yang lebih buruk dari sebelumnya. Kemudian muncul di kalangan mereka orang-orang yang mengingkari kehendak Allah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya tidak mengetahuinya, namun juga Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendakinya. Ini adalah pendapat ‘Amr bin ‘Ubaid, salah seorang pendapat Mu’tazilah juga.

Ada kisah ‘Amr bin ‘Ubaid berdakwah kepada seorang kafir untuk masuk Islam, namun orang kafir itu menolak. Maka ia berkata kepada orang itu: “Sesungguhnya Allah menghendaki kamu beriman, tapi setanlah yang menghendaki kamu kafir.” Maka orang ini berkata: “Kalau begitu aku mengikuti/menyembah setan saja. Karena terbukti setan lebih kuat dari Allah. Allah menghendaki aku beriman, setan menghendaki aku kafir. Sungguh kuat setan ini dapat mengalahkan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Demikian pula ketika ada seorang Arab Badui yang minta kepadanya untuk berdoa karena kehilangan unta. Maka ‘Amr bin ‘Ubaid pun berdoa: “Ya Allah, sebagaimana Engkau tidak menghendaki untanya dicuri, maka kembalikanlah unta itu kepadanya.” Maka Arab Badui tadi dengan fitrahnya yang masih lurus, dia berkata: “Kalau begitu aku tidak membutuhkan doamu, aku khawatir Allah menghendaki untaku kembali tapi ternyata tidak kembali. Yang terjadi bukan kehendak Allah, tapi kehendak yang lain.”

Demikianlah pemikiran ini berkembang terus hingga mereka berani menafikan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian berkembang lebih buruk lagi hingga mereka menafikan bahwa keburukan itu bukan ciptaan Allah. Kelompok ini menetapkan adanya adanya dua pencipta. Bahwa yang menciptakan keburukan itu bukan Allah. Kalaulah bukan Allah yang menciptakannya, apalagi mengetahui dan menghendakinya. Ada pencipta lain bagi keburukan itu.

Mereka meyakini bahwa iblis yang menciptakan keburukan-keburukan dan Allah yang menciptakan kebaikan-kebaikan. Maka tepatlah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ

“Qadariyah ini adalah majusinya umat ini.”

Mereka meyakini adanya dua pencipta; pencipta keburukan dan pencipta kebaikan.

Coba lihat bagaimana bid’ah itu bergulir dan berkembang hingga menuju kepada perkara yang terburuk dan lebih buruk lagi. Maka jangan kita bermudah-mudah dalam perkara bid’ah.

Karena mungkin awal munculnya bid’ah terlihat ringan, sepele, dalam masalah kecil, namun setan akan terus mengembangkannya, membisikkan was-was dan syubhat sehingga terseret kepada perkara-perkara yang lebih dahsyat.

Kita tahu bahwa bid’ah pertama yang muncul di tengah umat adalah bid’ah kaum Khawarij yang membicarakan tentang status manusia, apakah dia kafir atau tidak ketika melakukan dosa. Mereka mempersoalkan status seorang muslim yang melakukan dosa. Sehingga berkembang terus, mereka membicarakan sahabat Nabi, hingga mereka mengkafirkan sahabat Nabi.

Kemudian mereka berlanjut hingga mereka menyentuh perkara-perkara ilahiyah, mulai dari masalah takdir hingga muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mulai dari sifat-sifat Fi’liyah yang mereka ta’wil dan ingkari, sampai kepada sifat-sifat Dzatiyah. Bid’ah itu berkembang sampai membicarakan Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca: Sifat Dzatiyah dan Fi’liyah

Maka dalam hal ini mereka melanggar sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

تَفَكَّرُوا فِي آلَاءِ اللَّهِ، وَلَا تَتَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ

“Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan sekali-kali kamu mempersoalkan tentang Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Begitulah bid’ah menggiring manusia hingga mereka menuhankan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bid’ah yang telah merusak agama-agama samawi sebelumnya. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memproteksi umat ini dengan sangat keras agar bid’ah tidak berkembang di tubuh umat ini hingga dapat merusak agama yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan terakhir kepada umat manusia.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50042-bidah-pada-kelompok-qadariyah/